Hukum Melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha-Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saudaraku seiman, para pencari kebaikan dan kebenaran. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Pada kesempatan yang berbahagia ini, mari kita menelaah bersama sebuah ibadah yang agung dan sarat makna, yaitu tentang hukum melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Kedua shalat ini, yang menjadi puncak kebahagiaan umat Islam setelah sebulan penuh berpuasa atau setelah menunaikan ibadah haji, seringkali menimbulkan pertanyaan di kalangan kita, terutama bagi yang baru memulai perjalanan spiritualnya. Apakah hukumnya wajib? Sunah? Atau bagaimana? Nah, artikel ini hadir untuk menjawab tuntas pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan gaya yang insya Allah mudah dipahami, penuh semangat, dan tetap berpegang teguh pada tuntunan syariat.
Mengapa Shalat Idul Fitri dan Idul Adha Begitu Istimewa?
Sebelum kita menyelami lebih dalam tentang hukumnya, mari kita pahami dulu mengapa shalat Id ini begitu istimewa di mata Islam. Idul Fitri adalah perayaan kemenangan setelah sebulan penuh kita berjuang melawan hawa nafsu dalam ibadah puasa Ramadhan. Ini adalah momentum untuk mensyukuri nikmat Allah, saling bermaafan, dan mempererat tali silaturahmi. Sementara itu, Idul Adha adalah perayaan kurban, mengingatkan kita pada keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS. Ia juga menjadi momentum untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama, terutama yang membutuhkan, melalui penyembelihan hewan kurban.
Kedua hari raya ini adalah hari-hari besar bagi umat Islam, bukan hanya sekadar liburan. Ada syiar Islam yang sangat kuat di dalamnya, salah satunya adalah pelaksanaan shalat Id secara berjamaah. Ini adalah manifestasi persatuan umat, di mana kita berkumpul di satu tempat, merendahkan diri di hadapan Allah SWT, dan mengumandangkan takbir sebagai bentuk pengagungan kepada-Nya.
Baca Juga: Apakah tata cara sholat Idul Fitri dan Idul Adha sama?
Membedah Hukum Shalat Idul Fitri dan Idul Adha: Wajibkah atau Sunah Muakkadah?
Nah, ini dia poin krusial yang seringkali menjadi pertanyaan: apa sebenarnya **hukum melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha**? Untuk masalah ini, para ulama memiliki beberapa pandangan, namun mayoritas ulama dan pendapat yang kuat di kalangan jumhur (mayoritas) ulama, termasuk empat mazhab besar (Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali), berpendapat bahwa hukum shalat Id adalah **sunah muakkadah**.
Apa itu Sunah Muakkadah?
Sunah muakkadah adalah sunah yang sangat ditekankan pelaksanaannya oleh Rasulullah SAW, bahkan beliau hampir tidak pernah meninggalkannya. Meskipun bukan wajib yang jika ditinggalkan berdosa besar, namun sangat dianjurkan untuk dikerjakan dan akan mendapatkan pahala yang besar jika melaksanakannya. Meninggalkan sunah muakkadah tanpa alasan yang syar'i tentu saja sangat disayangkan karena kita kehilangan kesempatan besar untuk mendapatkan pahala dan keberkahan dari Allah SWT.
Dalil-dalil yang Mendasari
- Rasulullah SAW selalu melaksanakannya bersama para sahabat.
- Ada perintah untuk keluar ke tanah lapang untuk shalat Id, bahkan bagi wanita yang haid sekalipun diperintahkan untuk hadir meskipun tidak ikut shalat, agar menyaksikan kebaikan dan doa kaum muslimin. Ini menunjukkan betapa pentingnya syiar shalat Id.
- Namun, tidak ada ancaman dosa yang jelas bagi yang meninggalkannya seperti halnya shalat lima waktu.
Meskipun demikian, ada pula pandangan lain yang menyatakan bahwa shalat Id hukumnya fardhu kifayah (wajib kolektif, jika sebagian sudah mengerjakannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain) atau bahkan wajib ain (wajib bagi setiap individu). Namun, pandangan sunah muakkadah adalah yang paling populer dan diamalkan oleh mayoritas umat Islam. Oleh karena itu, bagi kita yang baru belajar agama, mari kita pegang kuat bahwa ini adalah sunah yang sangat ditekankan, dan sebaiknya jangan sampai kita melewatkannya!
Baca Juga: Cara menjadi imam sholat Idul Adha
Mengapa Shalat Idul Fitri dan Idul Adha Sangat Dianjurkan untuk Dilaksanakan? Solusi Praktis untuk Para Pemula
Mungkin ada di antara kita yang bertanya, "Kenapa sih harus banget shalat Id? Kan sudah ada shalat lima waktu?" Pertanyaan bagus! Shalat Id memiliki kekhususan dan keutamaan yang tidak kita dapatkan pada shalat wajib sehari-hari.
- Syiar Islam yang Agung: Shalat Id adalah salah satu syiar terbesar dalam Islam. Ketika ribuan, bahkan jutaan umat Islam berkumpul di satu tempat, mengumandangkan takbir, dan bersujud bersama, itu adalah pemandangan yang luar biasa indah dan menunjukkan kekuatan persatuan umat.
- Momentum Bersyukur: Baik Idul Fitri maupun Idul Adha adalah hari-hari untuk bersyukur atas nikmat Allah. Shalat Id adalah cara kita menumpahkan rasa syukur itu.
- Mempererat Silaturahmi: Setelah shalat, biasanya dilanjutkan dengan saling bermaafan dan bersilaturahmi. Ini adalah kesempatan emas untuk memperbaiki hubungan, menghilangkan kesalahpahaman, dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.
- Menumbuhkan Semangat Beribadah: Setelah sebulan Ramadhan, shalat Idul Fitri bisa menjadi "booster" semangat ibadah kita. Demikian pula Idul Adha, mengingatkan kita pada pengorbanan dan keikhlasan.
Baca Juga: Dalil tentang Qurban Beserta Artinya
Lalu, Bagaimana Cara Melaksanakan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha? Panduan Lengkap untuk Pemula
Jangan khawatir kalau masih bingung bagaimana cara melaksanakannya. Insya Allah, panduan ini akan sangat mudah diikuti. Ingat, kuncinya adalah niat yang ikhlas dan kemauan untuk belajar.
1. Persiapan Sebelum Shalat (Penting Nih!)
- Mandi Sunah: Mandi sunah sebelum berangkat ke tempat shalat Id sangat dianjurkan. Ini adalah bagian dari kebersihan dan kesucian.
- Berpakaian Terbaik: Kenakan pakaian yang paling bersih dan rapi, kalau bisa yang baru dan bagus, sebagai bentuk kegembiraan menyambut hari raya. Namun, jangan sampai berlebihan atau sombong ya.
- Memakai Wangi-wangian: Bagi laki-laki, memakai wangi-wangian (parfum) sangat dianjurkan.
- Makan Sebelum Shalat Idul Fitri: Khusus Idul Fitri, disunahkan makan sedikit sebelum berangkat ke tempat shalat, sebagai tanda bahwa hari itu tidak lagi berpuasa. Biasanya makan kurma ganjil.
- Tidak Makan Sebelum Shalat Idul Adha: Berbeda dengan Idul Fitri, pada Idul Adha disunahkan untuk tidak makan terlebih dahulu sampai selesai shalat dan memakan daging kurban.
- Berangkat Pagi dan Berjalan Kaki: Disunahkan berangkat lebih awal ke tempat shalat dan usahakan berjalan kaki jika memungkinkan, sambil mengumandangkan takbir.
- Mengumandangkan Takbir: Dari rumah menuju tempat shalat, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, disunahkan untuk terus mengumandangkan takbir:
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.
(Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah segala puji.)
2. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Id (Praktis dan Mudah!)
Shalat Id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah, dipimpin oleh seorang imam.
- Niat: Niat shalat Id dilafalkan dalam hati, misalnya:
"Saya niat shalat sunah Idul Fitri/Idul Adha dua rakaat sebagai makmum/imam karena Allah Ta'ala."
- Takbiratul Ihram: Dimulai dengan takbiratul ihram (mengucapkan Allahu Akbar sambil mengangkat kedua tangan setinggi telinga), seperti shalat biasa. Setelah itu, membaca doa iftitah.
- Takbir Tambahan (Rakaat Pertama):
Setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah, pada rakaat pertama ini ada **tujuh kali takbir tambahan** (selain takbiratul ihram). Setiap selesai satu takbir, disunahkan membaca tasbih: Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar. (Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar.)
Jadi, urutannya: Takbiratul Ihram - Doa Iftitah - Takbir (1) - Tasbih - Takbir (2) - Tasbih - ... sampai Takbir (7) - Tasbih.
- Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Pendek: Setelah takbir tambahan selesai, imam membaca surat Al-Fatihah, lalu disunahkan membaca surat pendek. Biasanya disunahkan surat Al-A'la.
- Ruku, I'tidal, Sujud, Duduk di Antara Dua Sujud: Gerakan selanjutnya sama seperti shalat biasa hingga berdiri untuk rakaat kedua.
- Takbir Tambahan (Rakaat Kedua):
Pada rakaat kedua, setelah berdiri dari sujud, ada **lima kali takbir tambahan**. Sama seperti rakaat pertama, setiap selesai satu takbir disunahkan membaca tasbih.
Jadi, urutannya: Berdiri - Takbir (1) - Tasbih - Takbir (2) - Tasbih - ... sampai Takbir (5) - Tasbih.
- Membaca Surat Al-Fatihah dan Surat Pendek: Setelah takbir tambahan selesai, imam membaca surat Al-Fatihah, lalu disunahkan membaca surat pendek. Biasanya disunahkan surat Al-Ghasyiyah.
- Ruku, I'tidal, Sujud, Duduk Tasyahud Akhir, Salam: Gerakan selanjutnya sama seperti shalat biasa hingga salam.
3. Khutbah Shalat Id (Dengarkan Baik-baik!)
Setelah shalat selesai, dilanjutkan dengan khutbah dua kali yang disampaikan oleh khatib. Khutbah ini hukumnya sunah, namun sangat dianjurkan untuk didengarkan. Isinya biasanya mengenai hikmah Idul Fitri/Idul Adha, nasihat agama, anjuran untuk meningkatkan takwa, dan doa. Jangan pulang dulu ya sebelum khutbah selesai. Ini bagian penting juga dari syiar shalat Id!
Baca Juga: Dalil qurban untuk orang yang sudah meninggal
Poin-Poin Penting yang Perlu Diingat:
- Hukum Shalat Id adalah Sunah Muakkadah: Sangat ditekankan dan dianjurkan untuk dilaksanakan.
- Dilaksanakan Berjamaah: Lebih utama di lapangan terbuka atau masjid besar.
- Dua Rakaat: Dengan takbir tambahan (7 kali di rakaat pertama, 5 kali di rakaat kedua).
- Ada Khutbah Setelah Shalat: Dianjurkan untuk mendengarkan.
- Perhatikan Perbedaan Waktu Makan: Idul Fitri disunahkan makan sebelum shalat, Idul Adha setelah shalat (dari daging kurban).
- Niatkan dengan Ikhlas: Semata-mata karena Allah SWT.
Contoh Kisah Inspiratif: Semangat Bapak Tua di Hari Idul Fitri
Saya teringat kisah seorang bapak tua di kampung saya. Beliau sudah renta, jalannya pun tertatih-tatih. Namun, setiap kali Idul Fitri atau Idul Adha tiba, beliau adalah salah satu orang yang paling awal tiba di lapangan untuk shalat. Dengan tongkatnya, beliau berjalan kaki dari rumahnya yang agak jauh. Ketika saya bertanya, "Bapak tidak lelah?" Beliau tersenyum tipis dan menjawab, "Nak, hari ini adalah hari kemenangan, hari syiar Islam. Selama nafas masih ada, kaki masih bisa melangkah, saya tidak akan melewatkan shalat Id. Ini adalah wujud syukur saya kepada Allah atas segala nikmat-Nya."
Kisah ini memberikan kita pelajaran berharga, bahwa semangat beribadah tidak mengenal usia atau kondisi fisik. Jika ada kemauan, Allah SWT akan memudahkan jalan. Apalagi bagi kita yang masih muda dan kuat, tidak ada alasan untuk tidak menghadiri shalat Id.
Baca Juga: Hukum Berkurban untuk Orang yang Sudah Meninggal Menurut 4 Mazhab
Penutup: Mari Jadikan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha Bagian Tak Terpisahkan dari Hari Raya Kita!
Saudaraku sekalian, setelah kita memahami bersama tentang **hukum melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha**, beserta tata cara dan keutamaannya, semoga tidak ada lagi keraguan di hati kita untuk melaksanakannya. Ini bukan sekadar ritual, melainkan manifestasi iman, syukur, persatuan, dan kebahagiaan yang hakiki.
Mari kita jadikan setiap hari raya Id sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah, mempererat tali persaudaraan, dan menebarkan kebaikan di mana pun kita berada. Jangan sampai kita terlena dengan euforia perayaan semata, namun melupakan inti dari hari raya itu sendiri: ibadah dan ketaatan kepada Sang Pencipta.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah-Nya untuk dapat mengamalkan setiap ajaran Islam dengan baik, termasuk dalam melaksanakan shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Semoga kita semua termasuk golongan hamba-Nya yang bersyukur dan senantiasa bersemangat dalam beribadah. Aamiin ya Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.