Doa Penutup Dzikir Sesuai Sunnah: Lengkap dengan Dalil dan Tata Cara


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Saudaraku seiman. Senang sekali kita bisa kembali berjumpa dalam ruang belajar kebaikan ini. Kali ini, kita akan menyelami sebuah amalan yang mungkin sering kita lakukan, namun kadang luput dari perhatian detailnya: doa penutup dzikir sesuai Sunnah. Dzikir adalah salah satu ibadah hati dan lisan yang paling utama, jembatan penghubung antara hamba dengan Sang Pencipta. Setelah larut dalam zikir harian, melafalkan doa setelah dzikir yang diajarkan Rasulullah ﷺ adalah penyempurna ibadah kita. Artikel ini akan memandu Anda secara lengkap mengenai doa penutup dzikir sesuai Sunnah, agar amalan kita semakin berkualitas dan berkah.

Mari kita pahami bersama, bukan hanya sekadar bacaan, tetapi juga makna dan keutamaan di baliknya, serta bagaimana mengamalkannya dalam kehidupan dzikir pagi petang kita. Insyaallah, setelah membaca artikel ini, Anda akan memiliki pemahaman yang komprehensif tentang penutup dzikir menurut hadits.


Memahami Dzikir: Urgensi dan Kedudukannya dalam Islam

Dzikir secara harfiah berarti mengingat. Dalam konteks syariat Islam, dzikir adalah mengingat Allah SWT dengan lisan, hati, dan perbuatan. Ini adalah salah satu perintah Allah yang banyak disebutkan dalam Al-Qur'an:

"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." (QS. Al-Ahzab: 41-42)

Ayat ini menegaskan urgensi dzikir harian bagi setiap Muslim. Dzikir bukan hanya sekadar menggerakkan lisan, melainkan juga menghadirkan hati. Ketika hati dan lisan bersatu dalam mengingat Allah, maka keberkahan akan turun. Rasulullah ﷺ bersabda, "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan orang yang tidak berdzikir kepada Rabbnya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR. Bukhari)

Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa dzikir adalah nafas kehidupan bagi hati seorang Mukmin. Tanpa dzikir, hati akan mati dan mengeras. Oleh karena itu, tata cara berdzikir yang benar menjadi sangat penting untuk memastikan dzikir kita bukan sekadar rutinitas tanpa makna.


Keutamaan Doa Penutup Dzikir dalam Islam

Mengapa ada amalan khusus berupa doa penutup dzikir sesuai Sunnah? Bukankah dzikir itu sendiri sudah mulia? Jawabannya terletak pada kesempurnaan ajaran Islam dan kasih sayang Nabi Muhammad ﷺ kepada umatnya. Doa penutup dzikir memiliki beberapa keutamaan:

1. Sebagai Kaffaratul Majlis (Penghapus Dosa dalam Majelis)

Seringkali, tanpa disadari, dalam aktivitas kita sehari-hari, bahkan dalam majelis dzikir sekalipun, mungkin ada ucapan atau perbuatan yang kurang pantas, atau ada kelalaian. Doa penutup dzikir yang diajarkan Rasulullah ﷺ berfungsi sebagai penghapus dosa-dosa kecil yang mungkin terjadi selama berdzikir atau dalam majelis tersebut. Ini seperti "pembersih" akhir sebelum kita bangkit dari majelis.

2. Penyempurna Ibadah

Setiap ibadah memiliki awal dan akhir. Mengakhiri dzikir dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ adalah bentuk kesempurnaan dan penutup yang baik, menunjukkan ketundukan kita dan harapan agar dzikir kita diterima oleh Allah SWT.

3. Bentuk Ittiba' (Mengikuti Sunnah Nabi)

Mengamalkan bacaan dzikir Nabi dan doanya adalah wujud kecintaan kita kepada Rasulullah ﷺ dan komitmen kita untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam setiap aspek kehidupan, termasuk ibadah dzikir.

4. Memperoleh Pahala Tambahan

Setiap amalan Sunnah yang kita hidupkan akan mendatangkan pahala. Dengan mengamalkan doa penutup dzikir, kita mendapatkan pahala tambahan dari Allah SWT.


Hadits dan Dalil tentang Doa Penutup Dzikir

Tentu saja, amalan kita harus berlandaskan pada dalil yang sahih dari Al-Qur'an dan Sunnah. Untuk doa penutup dzikir sesuai Sunnah, ada beberapa hadits yang menjadi rujukan utama:

1. Hadits Abu Hurairah tentang Kaffaratul Majlis

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barangsiapa duduk di suatu majelis, lalu banyak terjadi laghwu (perkataan sia-sia) di majelis itu, kemudian sebelum ia berdiri dari majelisnya, ia membaca:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika)

(Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu)

...melainkan diampuni baginya apa yang terjadi di majelis itu." (HR. Tirmidzi no. 3433, dishahihkan oleh Al-Albani)

Hadits ini adalah dalil paling kuat mengenai doa penutup dzikir sesuai Sunnah atau doa kaffaratul majlis. Meskipun redaksinya "majelis", para ulama memahami bahwa ini mencakup semua jenis majelis, termasuk majelis dzikir, majelis ilmu, atau majelis apapun yang di dalamnya disebutkan nama Allah atau ilmu agama.

2. Hadits Aisyah tentang Doa Setelah Shalat

Dalam riwayat lain dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata:

"Adalah Rasulullah ﷺ tidaklah duduk di suatu majelis, tidak membaca Al-Qur'an, dan tidak mengerjakan shalat melainkan beliau akhiri dengan kalimat-kalimat ini:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika)

Aisyah bertanya, 'Wahai Rasulullah, kenapa engkau membaca kalimat-kalimat ini?' Beliau menjawab, 'Apabila seseorang mengucapkan kebaikan maka doa itu menjadi stempel (cap) baginya, dan apabila ia mengucapkan keburukan maka doa itu menjadi penghapus (kesalahan baginya).'" (HR. Nasa'i dalam As-Sunan Al-Kubra, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Hadits ini semakin memperkuat kedudukan doa tersebut sebagai penutup yang disunnahkan, baik setelah dzikir, membaca Al-Qur'an, maupun shalat (sebelum salam). Ini menunjukkan pentingnya mengakhiri ibadah dengan permohonan ampun dan pengagungan kepada Allah.


Contoh Bacaan Doa Penutup Dzikir Sesuai Sunnah

Berikut adalah bacaan doa penutup dzikir sesuai Sunnah yang dimaksud, lengkap dengan tulisan Arab, transliterasi Latin, dan terjemahannya:

Bacaan Arab:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Transliterasi Latin:

Subhanakallahumma wa bihamdika, asyhadu an laa ilaha illa anta, astaghfiruka wa atubu ilaika.

Artinya:

"Maha Suci Engkau ya Allah, dengan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu."

Doa ini dikenal juga sebagai "Doa Kaffaratul Majlis" atau doa penebus kesalahan dalam majelis. Sangat dianjurkan untuk membacanya setiap kali kita selesai dari majelis apa pun, termasuk majelis dzikir, pengajian, atau bahkan percakapan biasa yang mungkin di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak bermanfaat.


Tata Cara Berdzikir dan Menutup Dzikir Menurut Para Ulama

Meskipun dzikir adalah amalan yang luwes dan bisa dilakukan kapan saja, ada tata cara berdzikir yang lebih utama sesuai dengan Sunnah dan panduan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Tujuannya adalah agar dzikir kita lebih berkualitas dan sesuai tuntunan.

1. Niat yang Ikhlas

Niatkan dzikir semata-mata karena Allah SWT, untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mengagungkan-Nya, dan meraih pahala.

2. Bersuci (Berwudhu)

Dianjurkan untuk berwudhu sebelum berdzikir, meskipun tidak wajib, sebagai bentuk penghormatan dan penyucian diri.

3. Menghadap Kiblat (Jika Memungkinkan)

Ini adalah adab yang baik, menunjukkan fokus dan keseriusan dalam beribadah.

4. Memulai dengan Istighfar dan Shalawat

Sebelum memulai dzikir inti, dianjurkan untuk membaca istighfar (misal: Astaghfirullah) dan shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ. Ini akan membersihkan hati dan membuka pintu rahmat.

5. Melafazkan Dzikir dengan Khusyuk dan Tadabbur

Ucapkan lafaz-lafaz dzikir (seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, dst.) dengan lisan yang jelas dan hati yang hadir. Renungkan makna dari setiap dzikir yang diucapkan. Jangan terburu-buru. Kualitas lebih penting daripada kuantitas tanpa penghayatan.

  • Contoh bacaan dzikir Nabi yang umum:
    • Subhanallah (Maha Suci Allah)
    • Alhamdulillah (Segala Puji Bagi Allah)
    • Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
    • Laa ilaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah)
    • Laa hawla wa laa quwwata illa billah (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)

6. Menggunakan Jari Tangan untuk Menghitung (Jika Perlu)

Rasulullah ﷺ sering menghitung dzikir dengan ruas-ruas jarinya. Ini lebih utama daripada menggunakan tasbih, meskipun penggunaan tasbih juga diperbolehkan selama tidak diyakini sebagai ibadah tersendiri yang lebih utama dari jari.

7. Berdoa Setelah Selesai Dzikir

Setelah selesai melafalkan dzikir yang ditargetkan (misal, 33 kali tasbih, tahmid, takbir setelah shalat), barulah kita angkat tangan dan membaca doa setelah dzikir umum, yang di dalamnya termasuk permohonan, dan diakhiri dengan doa penutup dzikir sesuai Sunnah, yaitu doa kaffaratul majlis yang telah disebutkan di atas.

Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar-nya seringkali menekankan pentingnya khusyuk dan kehadiran hati dalam dzikir, serta mengikuti Sunnah dalam setiap aspeknya.


Kesalahan Umum dalam Berdzikir dan Penutupannya

Untuk memastikan cara mengamalkan Asmaul Husna sesuai Sunnah dan dzikir kita diterima, penting untuk mengetahui beberapa kesalahan umum yang sering terjadi:

1. Dzikir Hanya di Lisan Tanpa Hati

Ini adalah kesalahan paling fatal. Dzikir yang hanya bergerak di lisan tanpa penghayatan hati bagaikan jasad tanpa ruh. Usahakan untuk memahami makna dan merenungkannya saat berdzikir.

2. Mengada-adakan Jumlah atau Tata Cara yang Tidak Ada Dalilnya

Misalnya, meyakini dzikir tertentu harus dibaca 1.000 kali setiap malam Jumat, padahal tidak ada dalil sahih yang menentukan jumlah dan waktu tersebut. Atau meyakini gerakan-gerakan tertentu saat dzikir yang tidak dicontohkan Nabi ﷺ. Dalam Islam, inovasi (bid'ah) dalam ibadah adalah sesuatu yang dilarang karena merusak kemurnian agama.

"Barangsiapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan darinya, maka ia tertolak." (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggunakan Dzikir untuk Tujuan Duniawi Semata

Meskipun dzikir membawa keberkahan dunia, niat utama haruslah karena Allah. Jika niatnya hanya untuk kaya, sembuh penyakit, atau tujuan duniawi lainnya tanpa ada niat mendekatkan diri kepada Allah, maka akan mengurangi nilai ibadahnya.

4. Tidak Mengakhirinya dengan Doa Penutup Dzikir

Setelah berdzikir, apalagi dalam majelis, melupakan doa penutup dzikir sesuai Sunnah adalah kehilangan kesempatan emas untuk menghapus kesalahan dan menyempurnakan ibadah.

5. Terlalu Berlebihan dalam Suara (Jahr)

Rasulullah ﷺ bersabda, "Berdoalah kepada Rabbmu dengan tawadhu' dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-A'raf: 55). Dzikir yang paling utama adalah yang khusyuk dan tidak terlalu mengeraskan suara, kecuali dalam kondisi tertentu yang disyariatkan.


Adab-Adab Berdzikir yang Dianjurkan

Selain tata cara, ada adab berdzikir yang akan membuat dzikir kita lebih bermakna dan diterima:

  • Ikhlas: Niatkan hanya untuk Allah.
  • Khusyuk dan Hadirnya Hati: Merenungi makna dzikir dan merasa dekat dengan Allah.
  • Tawadhu' (Rendah Hati): Merasa diri hina di hadapan keagungan Allah.
  • Sabar dan Istiqamah: Dzikir adalah amalan kontinyu. Lakukan secara rutin, baik dalam jumlah banyak atau sedikit, yang penting istiqamah.
  • Tidak Tergesa-gesa: Nikmati setiap lafaz yang diucapkan.
  • Memilih Waktu dan Tempat yang Tepat: Seperti setelah shalat, sepertiga malam terakhir, di tempat yang tenang.
  • Menjaga Lisan dari Perkataan Sia-sia: Hindari ghibah, namimah, dan perkataan buruk lainnya saat dan setelah berdzikir.

Manfaat Spiritual dan Psikologis Doa Penutup Dzikir

Mengamalkan doa penutup dzikir sesuai Sunnah tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga memberikan dampak positif secara spiritual dan psikologis:

1. Kedamaian Batin

Dengan memohon ampunan dan mengakui keesaan Allah di akhir dzikir, hati akan merasa lebih tenang dan damai, mengetahui bahwa ada Dzat Maha Pengampun yang selalu menerima taubat hamba-Nya.

2. Peningkatan Kesadaran Diri

Doa ini mengingatkan kita akan kekurangan dan kesalahan diri, sehingga mendorong kita untuk senantiasa memperbaiki diri dan bertaubat.

3. Penguatan Hubungan dengan Allah

Rutin berdzikir dan menutupnya dengan doa yang sahih akan semakin mempererat ikatan spiritual kita dengan Allah, merasa lebih dekat dan dicintai oleh-Nya.

4. Menjauhkan dari Sifat Sombong

Mengucapkan 'astaghfiruka wa atubu ilaika' adalah pengakuan akan kelemahan diri, sehingga menjauhkan kita dari sifat sombong dan ujub.

5. Membangun Kebiasaan Baik

Mengamalkan dzikir pendek dan doa lengkap ini secara rutin akan membentuk kebiasaan yang baik dalam mengakhiri setiap aktivitas, baik ibadah maupun duniawi, dengan mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya.

Seorang ulama besar, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, pernah berkata, "Dzikir adalah makanan bagi ruh, jika ruh tidak mendapatkannya, ia akan layu." Maka, sempurnakanlah makanan ruh kita dengan penutup yang indah.


FAQ: Pertanyaan Umum Seputar Dzikir dan Doanya

1. Kapan waktu terbaik membaca doa penutup dzikir ini?

Kapan waktu terbaik membaca doa penutup dzikir ini?

Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca setiap kali Anda selesai dari suatu majelis, termasuk majelis dzikir, pengajian, atau bahkan setelah berbincang-bincang biasa. Terutama setelah Anda selesai melakukan dzikir harian atau dzikir pagi petang.

2. Apakah wajib mengangkat tangan saat membaca doa penutup dzikir?

Apakah wajib mengangkat tangan saat membaca doa penutup dzikir?

Mengangkat tangan saat berdoa adalah sunnah dan dianjurkan secara umum, namun tidak ada dalil khusus yang mewajibkannya untuk doa kaffaratul majlis ini. Anda boleh mengangkat tangan atau tidak, yang terpenting adalah kekhusyukan hati.

3. Bolehkah membaca doa ini setelah shalat fardhu?

Bolehkah membaca doa ini setelah shalat fardhu?

Berdasarkan hadits Aisyah yang telah disebutkan, Rasulullah ﷺ bahkan mengakhiri shalatnya dengan doa ini. Jadi, sangat dianjurkan untuk membacanya setelah shalat fardhu, sebagai pelengkap doa setelah dzikir yang umum setelah shalat.

4. Apakah ada fadhilah khusus dari doa ini?

Apakah ada fadhilah khusus dari doa ini?

Fadhilah utamanya adalah sebagai "kaffaratul majlis" atau penebus kesalahan-kesalahan (laghwu/sia-sia) yang terjadi dalam suatu majelis. Ini merupakan manfaat dzikir penutup yang sangat besar.

5. Apakah doa ini harus dibaca bersama-sama (berjamaah)?

Apakah doa ini harus dibaca bersama-sama (berjamaah)?

Doa ini adalah dzikir individu yang dianjurkan bagi setiap orang yang selesai dari suatu majelis atau dzikirnya. Tidak ada dalil yang mengharuskan membacanya secara berjamaah dengan suara keras yang dipimpin. Membaca sendiri-sendiri lebih sesuai dengan Sunnah.


Penutup: Sempurnakan Dzikir Kita dengan Sunnah Nabi

Saudaraku seiman, berdzikir adalah salah satu jalan termudah dan termulia untuk senantiasa terhubung dengan Allah SWT. Membiasakan dzikir harian, baik dzikir pendek dan doa lengkap, adalah kunci ketenangan hati dan keberkahan hidup. Namun, sebagai seorang Muslim yang mencintai Sunnah, kita tentu ingin memastikan setiap amalan kita dilakukan sesuai tuntunan Nabi Muhammad ﷺ.

Maka dari itu, jangan lupakan keutamaan dan pentingnya melafalkan doa penutup dzikir sesuai Sunnah. Doa ini adalah penyempurna, pembersih, dan penutup yang indah bagi setiap majelis dan dzikir kita. Dengan mengamalkan doa penutup dzikir sesuai Sunnah ini, insyaallah dzikir kita akan semakin berkah, diterima, dan menghapus dosa-dosa kecil yang mungkin tak sengaja kita lakukan. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk istiqamah dalam beribadah dan mengikuti jejak Rasulullah ﷺ. Amin.

Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya kepada keluarga dan sahabat agar lebih banyak lagi yang mendapatkan pencerahan tentang amalan ini. Lihat juga: Panduan Lengkap Dzikir Pagi dan Petang Sesuai Sunnah untuk melengkapi amalan harian Anda.

LihatTutupKomentar