Lisan adalah anugerah sekaligus ujian terberat bagi seorang Muslim. Ucapan yang keluar darinya bisa menjadi jembatan menuju surga atau jurang yang menjerumuskan ke dalam neraka. Oleh karena itu, memahami cara menjaga lisan menurut Islam bukan hanya sebatas anjuran, melainkan sebuah kewajiban yang krusial. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas pentingnya menjaga lisan, dalil-dalil sahih dari Al-Qur'an dan Hadits, serta panduan praktis agar setiap ucapan kita selalu bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Mari kita selami lebih dalam adab berbicara menurut Islam yang akan membimbing kita menjadi pribadi yang lebih baik.
Di era digital yang serba cepat ini, lisan tidak lagi terbatas pada ucapan yang keluar dari mulut. Ketikan jari di media sosial, komentar di forum daring, hingga pesan singkat, semua itu juga termasuk dalam cakupan lisan. Dampaknya bisa meluas, menyakiti hati banyak orang, bahkan menyebarkan fitnah dan kebencian. Itulah mengapa, urgensi untuk mengendalikan lisan kian terasa. Ajaran Islam menyediakan kerangka kerja yang sempurna untuk mengelola anugerah ini dengan bijak, mengubahnya dari potensi bencana menjadi sumber keberkahan.
Baca Juga: cara berbakti dan melayani suami dengan tulus dalam Islam
Apa Itu Menjaga Lisan Menurut Islam?
Menjaga lisan menurut Islam adalah sebuah upaya sadar dan terus-menerus untuk mengendalikan setiap ucapan yang keluar dari mulut, serta tulisan yang dibuat, agar tidak mengandung keburukan. Ini mencakup tindakan menahan diri dari berbicara hal yang tidak bermanfaat, menghindari ucapan yang menyakiti, dan hanya mengucapkan perkataan yang baik dan benar. Konsep ini berakar kuat pada keyakinan bahwa setiap kata yang terucap akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT kelak. Lisan yang baik adalah cerminan hati yang bersih, sedangkan lisan yang kotor menunjukkan adanya penyakit hati.
Kenapa Menjaga Lisan Begitu Penting dalam Islam?
Pentingnya menjaga lisan menurut Islam tidak bisa diremehkan. Lisan adalah anggota tubuh yang kecil, namun memiliki dampak yang amat besar. Sering kali, bencana terbesar dalam hidup manusia berawal dari ucapan yang tidak terkontrol. Islam menempatkan lisan sebagai barometer keimanan seseorang. Berikut adalah beberapa alasan mengapa menjaga lisan sangat fundamental:
- Timbangan Amal di Akhirat: Lisan bisa menjadi penyebab utama masuknya seseorang ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata dari ucapan yang diridhai Allah, yang ia tidak menyangka akan sampai ke derajat tersebut, maka dengannya Allah akan meninggikan derajatnya. Dan sungguh seseorang berbicara dengan satu kata dari ucapan yang dimurkai Allah, yang ia tidak menyangka akan sampai ke derajat tersebut, maka dengannya ia akan terjerumus ke dalam neraka Jahannam." (HR. Al-Bukhari)
- Jaminan Surga: Sebaliknya, lisan yang terjaga adalah kunci menuju surga. Rasulullah SAW menjamin surga bagi siapa pun yang mampu menjaga dua hal, salah satunya adalah lisan.
- Cerminan Akhlak Mulia: Ucapan yang baik adalah salah satu tanda akhlak yang terpuji. Orang yang memiliki lisan yang baik cenderung disayangi oleh sesama dan dihormati.
- Menjaga Keharmonisan Sosial: Banyak perselisihan, permusuhan, dan putusnya tali silaturahmi berawal dari ucapan yang tidak baik. Dengan menjaga lisan, kita turut menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang Lisan
Islam memberikan perhatian khusus terhadap persoalan lisan. Banyak sekali dalil yang secara eksplisit maupun implisit mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam setiap ucapan. Dalil-dalil ini menjadi landasan kuat mengapa adab berbicara menurut Islam menjadi begitu penting.
Dalil dari Al-Qur'an
Allah SWT berfirman dalam surat Qaf ayat 18:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tidak ada suatu kata pun yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)."
Ayat ini menegaskan bahwa setiap ucapan kita tercatat. Ini adalah pengingat yang sangat kuat agar kita selalu waspada terhadap apa yang kita katakan. Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 70:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar (baik)."
Ayat ini secara langsung memerintahkan kita untuk mengucapkan ucapan yang benar dan lurus (qaulan sadida), yaitu ucapan yang tidak mengandung kebohongan, fitnah, atau keburukan lainnya.
Dalil dari Hadits
Rasulullah SAW memberikan banyak nasihat tentang bahaya lisan dan pentingnya menjaganya. Salah satu hadits yang paling masyhur adalah sabda beliau:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits ini adalah prinsip emas dalam menjaga ucapan. Intinya, ada dua pilihan utama: berkata yang baik atau diam. Tidak ada opsi ketiga, yaitu berbicara buruk. Ini adalah panduan praktis yang sangat mudah untuk diterapkan. Hadits lain yang menunjukkan betapa besarnya bahaya lisan dalam Islam adalah sabda Rasulullah SAW ketika ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukkan orang ke surga dan neraka, beliau bersabda:
“Yang paling banyak memasukkan orang ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik, sedangkan yang paling banyak memasukkan ke neraka adalah dua lubang: mulut dan kemaluan.” (HR. At-Tirmidzi)
Contoh Ucapan yang Harus Dihindari
Untuk memahami cara menjaga lisan menurut Islam, kita perlu mengetahui secara spesifik jenis-jenis ucapan yang dilarang. Menghindari ucapan-ucapan ini adalah langkah pertama yang paling penting.
1. Ghibah (Menggunjing)
Ghibah adalah membicarakan aib orang lain di belakangnya. Bahkan jika yang dibicarakan itu benar, tetap saja itu termasuk ghibah. Allah SWT dalam surat Al-Hujurat ayat 12 mengumpamakan perbuatan ini seperti memakan bangkai saudaranya sendiri. Ini adalah perumpamaan yang sangat menjijikkan untuk menunjukkan betapa buruknya perbuatan ghibah.
2. Namimah (Mengadu Domba)
Namimah adalah menyebarkan ucapan dengan tujuan merusak hubungan antara dua orang atau lebih. Pelaku namimah tidak akan masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba." (HR. Muslim).
3. Dusta (Berbohong)
Berbohong adalah salah satu dosa besar. Islam sangat melarang kebohongan dalam bentuk apa pun, bahkan dalam bercanda sekalipun. Bohong adalah pangkal segala keburukan dan tanda orang munafik.
4. Mencela dan Menghina
Mencela, mengejek, atau menghina orang lain adalah perbuatan yang sangat dibenci dalam Islam. Ucapan semacam ini dapat merusak harga diri seseorang dan menimbulkan dendam. Allah berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain..." (QS. Al-Hujurat: 11).
5. Sumpah Palsu
Sumpah palsu adalah mengucapkan sumpah atas nama Allah untuk suatu hal yang sebenarnya tidak benar. Ini adalah perbuatan yang sangat serius dan berbahaya, bahkan Rasulullah SAW menyertakannya di antara dosa-dosa besar.
6. Berkata Kotor dan Kasar
Seorang Muslim dilarang berkata-kata kotor, keji, atau mencaci maki. Lisan yang baik adalah yang bersih dari kata-kata yang tidak pantas. Ucapan yang membawa kebaikan dan penuh hikmah adalah ciri seorang Muslim sejati.
Cara-Cara Praktis Menjaga Lisan
Setelah memahami pentingnya dan bahaya lisan, lantas bagaimana kita dapat mempraktikkannya? Berikut adalah cara menjaga lisan menurut Islam yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
1. Berpikir Sebelum Berbicara
Ini adalah langkah fundamental. Biasakan diri untuk menimbang setiap kata yang akan diucapkan. Tanyakan pada diri sendiri: "Apakah ucapan ini benar? Apakah ini bermanfaat? Apakah ini akan menyakiti orang lain?" Jika jawabannya tidak, lebih baik diam.
2. Ganti Ucapan Buruk dengan Ucapan yang Baik
Alih-alih membicarakan aib orang lain, bicarakanlah kebaikannya. Alih-alih mengumpat, berzikirlah kepada Allah. Gantikan gosip dengan diskusi ilmu, dan keluh kesah dengan pujian atas nikmat Allah. Ingat, lisan yang baik dan ucapan yang membawa kebaikan akan diganjar pahala.
3. Perbanyak Zikir dan Doa
Lisan yang basah karena zikir, seperti membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan istighfar, akan sulit digunakan untuk berbicara kotor. Zikir akan membersihkan hati dan menuntun lisan untuk mengucapkan hal-hal yang baik saja. Doa juga menjadi benteng agar lisan kita selalu terjaga dari keburukan.
4. Bergaul dengan Orang-Orang Saleh
Lingkungan sangat mempengaruhi. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang gemar berbicara kotor, kita akan mudah terpengaruh. Sebaliknya, bergaul dengan orang-orang yang menjaga lisannya akan memotivasi kita untuk melakukan hal yang sama.
5. Introspeksi Diri
Lisan yang buruk seringkali berakar dari hati yang kotor. Introspeksi diri dan berusaha membersihkan hati dari hasad, dengki, dan kebencian adalah cara ampuh untuk menjaga ucapan. Ketika hati bersih, ucapan pun akan ikut baik.
6. Membiasakan Diri untuk Diam
Dalam banyak situasi, diam adalah pilihan terbaik. Ketika emosi sedang memuncak, ketika kita tidak yakin dengan suatu informasi, atau ketika tidak ada hal baik yang bisa diucapkan, diam adalah emas. Seorang ulama, Abu Darda' RA, pernah berkata, "Pelajarilah diam sebagaimana kalian mempelajari bicara. Sesungguhnya diam itu adalah hikmah."
Kisah Inspiratif: Ibnu Sirin dan Menjaga Lisan
Ibnu Sirin adalah seorang tabi'in yang terkenal akan keilmuannya dan akhlaknya yang mulia. Suatu hari, ada seorang laki-laki yang datang kepadanya dengan maksud untuk berdebat dan mencari-cari kesalahannya. Ibnu Sirin hanya diam, tidak merespons provokasi tersebut. Laki-laki itu terus memancingnya, tetapi Ibnu Sirin tetap tenang. Akhirnya, orang itu pergi dengan sendirinya karena tidak mendapatkan tanggapan. Ketika ditanya mengapa beliau tidak menjawab, Ibnu Sirin menjawab, "Jika aku berbicara, maka tidak ada orang yang akan kembali lagi kepadaku untuk berdebat. Namun, jika aku diam, maka dia akan pergi dan lisan ku pun tidak tercemar oleh perdebatan yang tidak berguna." Kisah ini menunjukkan betapa besar hikmah dari diam dan betapa bijaknya seorang yang mampu menjaga lisannya.
Kesimpulan: Menjadikan Lisan sebagai Kunci Kebaikan
Pada akhirnya, cara menjaga lisan menurut Islam adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan kesabaran, kesadaran, dan pertolongan dari Allah SWT. Lisan yang terjaga bukan hanya akan membawa manfaat bagi diri sendiri, melainkan juga bagi orang-orang di sekitar kita. Ia adalah cerminan keimanan yang kokoh, akhlak yang mulia, dan hati yang bersih. Mari kita jadikan setiap ucapan sebagai amal saleh, sebagai jembatan menuju ridha Allah SWT. Ingatlah selalu bahwa ucapan kita adalah benih yang kita tanam, dan kelak kita akan menuai hasilnya di akhirat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk selalu berkata yang baik atau memilih diam.
Baca juga: Pentingnya Akhlak Mulia dalam Kehidupan Sehari-hari
Jika artikel ini bermanfaat, jangan ragu untuk membagikannya kepada keluarga dan teman-teman Anda. Semoga menjadi amal jariyah bagi kita semua.