Panduan Lengkap: Tata Cara Sholat Idul Adha Menurut Mazhab Hanafi

tata-cara-sholat-idul-adha-mazhab-hanafi

Tata Cara Sholat Idul Adha Menurut Mazhab Hanafi-Bismillahirahmanirrahim. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saudara-saudariku yang dirahmati Allah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.

Hari-hari yang penuh keberkahan kembali menyapa kita, menandai datangnya salah satu momen paling istimewa dalam kalender Islam: Hari Raya Idul Adha. Hari di mana gema takbir berkumandang, menandai puncak dari ibadah haji, sekaligus hari yang mengingatkan kita pada kisah keikhlasan Nabi Ibrahim 'Alaihissalam dan putranya, Nabi Ismail 'Alaihissalam. Inti dari perayaan ini, selain penyembelihan hewan kurban, adalah pelaksanaan Sholat Idul Adha secara berjamaah. Bagi sebagian besar umat Islam di Indonesia, kita seringkali mengikuti tata cara sholat Idul Adha yang sudah umum. Namun, tahukah Anda bahwa dalam khazanah kekayaan fiqh Islam, terdapat perbedaan-perbedaan ringan yang justru memperkaya pemahaman kita tentang ibadah? Salah satunya adalah tata cara sholat idul adha mazhab hanafi, sebuah panduan yang diikuti oleh jutaan muslim di seluruh dunia dan memiliki kekhasan tersendiri yang mudah dipelajari, bahkan bagi Anda yang baru mulai mendalami ajaran agama kita. Memahami tata cara sholat idul adha mazhab hanafi ini bukan hanya tentang mengikuti gerakan fisik, tapi juga menyelami semangat dan hikmah di baliknya. Mari kita selami bersama bagaimana tata cara sholat idul adha mazhab hanafi ini dilaksanakan dengan benar dan penuh kekhusyukan, agar ibadah kita semakin diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Mengapa Penting Mempelajari Tata Cara Sholat Idul Adha Menurut Berbagai Mazhab?

Mungkin ada yang bertanya, "Kan sholat Idul Adha sama saja? Mengapa harus pusing-pusing membedakan mazhab?" Pertanyaan ini bagus sekali! Dalam Islam, Allah dan Rasul-Nya telah memberikan batasan-batasan utama dalam ibadah. Namun, bagaimana cara melaksanakan detail-detailnya terkadang memiliki lebih dari satu penafsiran dari nash (teks) Al-Qur'an dan Sunnah. Para ulama terdahulu, dengan keilmuan mereka yang luar biasa dan kehati-hatian dalam beristinbat (mengambil hukum), menghasilkan beragam pandangan yang kemudian kita kenal sebagai mazhab.

Mazhab Hanafi, yang didirikan oleh Imam Abu Hanifah An-Nu'man, adalah salah satu mazhab fiqh yang tertua dan memiliki pengikut terbanyak di dunia. Pandangan mazhab ini didasarkan pada pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an, Sunnah, ijma' (konsensus ulama), qiyas (analogi), dan juga istihsan (mengambil pilihan yang dianggap lebih baik meskipun secara analogi ada pilihan lain) serta 'urf (kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan syariat). Mempelajari tata cara sholat idul adha mazhab hanafi memberi kita wawasan tentang bagaimana para ulama besar ini memahami dan mempraktikkan ajaran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ini bukan untuk memecah belah, justru untuk memperkaya perspektif dan menunjukkan betapa luasnya rahmat Allah dalam memberikan kemudahan dalam beribadah, selama kita tetap berada dalam koridor syariat. Bagi pemula, mengetahui bahwa ada sedikit variasi dalam tata cara justru bisa menjadi pengantar yang menarik untuk mempelajari fiqh secara lebih mendalam tanpa merasa terbebani.

Baca Juga: Tata Cara Sholat Ied Idul Adha Sendiri di Rumah

Sholat Idul Adha dalam Pandangan Mazhab Hanafi: Sunnah Muakkadah dan Kekhasannya

Dalam mazhab Hanafi, hukum melaksanakan Sholat Idul Adha adalah Sunnah Muakkadah bagi setiap muslim yang mukallaf (baligh dan berakal), baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak dalam keadaan musafir (bepergian jauh). Ini adalah sunnah yang sangat ditekankan, yang pelaksanaannya sangat dianjurkan dan meninggalkannya tanpa alasan syar'i adalah sesuatu yang sangat disayangkan.

Kekhasan utama dari tata cara sholat idul adha mazhab hanafi yang sering menjadi pembeda dengan mazhab lain terletak pada penempatan dan cara pelaksanaan takbir tambahan (takbir zawa'id) dalam sholat tersebut. Di sinilah letak detail yang menarik untuk kita pahami langkah demi langkah.

Persiapan Menyambut Sholat Idul Adha: Langkah Awal yang Penuh Berkah

Sebelum kita melangkah ke tata cara sholat itu sendiri, ada baiknya kita mempersiapkan diri lahir dan batin. Persiapan ini adalah bagian dari sunnah dan adab (etika) di hari raya, yang menambah keberkahan ibadah kita.

  1. Mandi (Ghusl): Disunnahkan mandi pada pagi hari Idul Adha untuk membersihkan diri dan menyegarkan badan. Ini menunjukkan kita menghargai hari yang mulia ini.
  2. Memakai Pakaian Terbaik: Kenakan pakaian yang paling baik, bersih, dan rapi yang Anda miliki. Bagi laki-laki, disunnahkan memakai wangi-wangian (parfum) terbaik. Ini adalah wujud syukur kita atas nikmat Allah dan perayaan atas kemenangan setelah menjalankan ibadah di hari-hari sebelumnya.
  3. Makan Sebelum Berangkat? Nah, ini salah satu perbedaan kecil antara Idul Fitri dan Idul Adha. Dalam mazhab Hanafi (dan juga mazhab lain seperti Syafi'i), disunnahkan untuk tidak makan terlebih dahulu sebelum berangkat Sholat Idul Fitri. Namun, untuk Idul Adha, disunnahkan untuk makan sebelum berangkat. Mengapa? Hikmahnya adalah agar kita tidak menunggu daging kurban untuk sarapan, karena proses penyembelihan dan pembagiannya butuh waktu. Kita boleh makan dari rezeki yang halal sebelum berangkat.
  4. Berangkat Pagi: Disunnahkan berangkat menuju tempat sholat (masjid atau lapangan) lebih pagi dari waktu sholat. Ini memberi kesempatan untuk mendapatkan shaf (barisan) terdepan, berzikir, dan merasakan atmosfer kebersamaan.
  5. Mengumandangkan Takbir: Sepanjang perjalanan menuju tempat sholat, disunnahkan untuk terus mengumandangkan takbir: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, Wa Lillahil Hamd." Ini adalah syiar (simbol) hari raya yang agung.

Baca Juga: Panduan Tata Cara Sholat Idul Adha

Memasuki Area Sholat dan Niat

Ketika sampai di tempat sholat, carilah tempat di shaf yang kosong dan rapihkan barisan. Dalam mazhab Hanafi, tidak disunnahkan untuk melakukan sholat sunnah sebelum sholat Id ketika berada di lapangan terbuka (musalla). Jika sholat Id dilaksanakan di masjid, hukum sholat tahiyatul masjid tetap berlaku.

Niat adalah bagian penting dari setiap ibadah. Niat Sholat Idul Adha bertempat di dalam hati. Anda cukup berniat dalam hati, "Saya berniat melaksanakan Sholat Sunnah Idul Adha dua rakaat karena Allah Ta'ala." Jika Anda menjadi makmum, tambahkan, "...mengikuti imam karena Allah Ta'ala." Mengucapkan niat secara lisan bukanlah syarat, yang utama adalah kehadiran niat di dalam hati saat memulai takbiratul ihram.

Langkah Demi Langkah: Tata Cara Sholat Idul Adha Mazhab Hanafi

Sekarang, mari kita fokus pada inti pembahasan kita: detail pelaksanaan tata cara sholat idul adha mazhab hanafi itu sendiri. Sholat Idul Adha terdiri dari dua rakaat, dengan tambahan takbir khusus.

Rakaat Pertama:

  1. Berdiri Menghadap Kiblat: Pastikan posisi Anda menghadap Ka'bah.
  2. Niat: Hadirkan niat sholat Idul Adha dalam hati.
  3. Takbiratul Ihram: Angkat kedua tangan sejajar dengan telinga (bagi laki-laki) atau bahu (bagi perempuan), ucapkan "Allahu Akbar." Turunkan tangan dan sedekapkan di bawah pusar (bagi laki-laki) atau di dada (bagi perempuan) – ini posisi sedekap dalam mazhab Hanafi. Pada titik ini, Anda sudah masuk dalam sholat.
  4. Membaca Doa Iftitah (Sana'): Setelah takbiratul ihram dan bersedekap, bacalah doa iftitah, yaitu "Subhanakallahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa ta'ala jadduka wa la ilaha ghairuk." (Maha Suci Engkau ya Allah, segala puji bagi-Mu, Maha Berkah Nama-Mu, Maha Tinggi Keagungan-Mu, dan tiada Tuhan selain Engkau).
  5. Takbir Tambahan (Takbir Zawa'id) Rakaat Pertama: Inilah kekhasan utama dalam tata cara sholat idul adha mazhab hanafi. Setelah membaca Sana', Anda akan melakukan tiga kali takbir tambahan sebelum membaca Al-Fatihah. Caranya adalah:
    • Angkat tangan sejajar telinga/bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar."
    • Turunkan tangan ke samping dan diam sejenak (sekadar cukup untuk membaca "Subhanallah" atau "Allahu Akbar" dalam hati, atau cukup diam).
    • Angkat tangan lagi sejajar telinga/bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar."
    • Turunkan tangan ke samping dan diam sejenak.
    • Angkat tangan lagi sejajar telinga/bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar."
    • Setelah takbir tambahan yang ketiga ini, jangan turunkan tangan ke samping, melainkan langsung kembali bersedekap di posisi semula (di bawah pusar/di dada).

    Jadi, urutannya: Takbiratul Ihram (bersedekap) -> Sana' -> Takbir (angkat, turun) -> Diam -> Takbir (angkat, turun) -> Diam -> Takbir (angkat, bersedekap). Ada jeda diam sejenak di antara takbir tambahan tersebut.

  6. Membaca Ta'awudz dan Basmalah: Setelah takbir tambahan dan bersedekap kembali, bacalah Ta'awudz ("A'udzubillahiminasyaitonirrajim") dan Basmalah ("Bismillahirrahmanirrahim") secara sirr (perlahan atau dalam hati) sebelum membaca Al-Fatihah.
  7. Membaca Surah Al-Fatihah: Baca Surah Al-Fatihah dengan tartil (pelan dan benar).
  8. Membaca Surah Lain: Setelah Al-Fatihah, bacalah salah satu surah dari Al-Qur'an. Disunnahkan membaca surah yang agak panjang atau surah-surah yang biasa dibaca Nabi di hari raya, seperti Surah Al-A'la (Sabbihisma Rabbikal A'la) atau Surah Al-Ghasyiyah (Hal Ataaka Haditsul Ghasyiyah). Bacaan Al-Fatihah dan surah lainnya dibaca secara jahr (keras) oleh imam.
  9. Ruku': Setelah selesai membaca surah, ucapkan "Allahu Akbar" sambil membungkuk untuk ruku'. Pastikan punggung lurus dan tangan memegang lutut. Baca tasbih ruku' ("Subhana Rabbiyal 'Adzim") tiga kali atau lebih.
  10. I'tidal: Bangun dari ruku' sambil mengucapkan "Sami'allahu Liman Hamidah." Setelah berdiri tegak, ucapkan "Rabbana Lakal Hamd."
  11. Sujud: Ucapkan "Allahu Akbar" sambil turun untuk sujud. Pastikan tujuh anggota badan menyentuh lantai: dahi (dengan hidung), kedua telapak tangan, kedua lutut, dan ujung kedua jari kaki. Baca tasbih sujud ("Subhana Rabbiyal A'la") tiga kali atau lebih.
  12. Duduk antara Dua Sujud: Bangun dari sujud pertama sambil mengucapkan "Allahu Akbar" dan duduklah dengan tuma'ninah (tenang). Baca doa duduk antara dua sujud ("Rabbighfirli warhamni...").
  13. Sujud Kedua: Ucapkan "Allahu Akbar" sambil turun kembali untuk sujud kedua. Baca tasbih sujud tiga kali atau lebih.
  14. Berdiri untuk Rakaat Kedua: Ucapkan "Allahu Akbar" sambil bangkit berdiri untuk rakaat kedua.

Rakaat Kedua:

  1. Berdiri dan Membaca Basmalah: Setelah berdiri sempurna, bacalah Basmalah ("Bismillahirrahmanirrahim") secara sirr.
  2. Membaca Surah Al-Fatihah: Baca Surah Al-Fatihah dengan tartil.
  3. Membaca Surah Lain: Setelah Al-Fatihah, bacalah salah satu surah dari Al-Qur'an. Disunnahkan membaca surah yang berbeda dari rakaat pertama, misalnya jika rakaat pertama membaca Al-A'la, rakaat kedua membaca Al-Ghasyiyah. Bacaan Al-Fatihah dan surah lainnya dibaca secara jahr (keras) oleh imam.
  4. Takbir Tambahan (Takbir Zawa'id) Rakaat Kedua: Dalam tata cara sholat idul adha mazhab hanafi, takbir tambahan di rakaat kedua dilakukan setelah membaca Al-Fatihah dan surah, sebelum ruku'. Caranya sama seperti di rakaat pertama:
    • Angkat tangan sejajar telinga/bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar."
    • Turunkan tangan ke samping dan diam sejenak.
    • Angkat tangan lagi sejajar telinga/bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar."
    • Turunkan tangan ke samping dan diam sejenak.
    • Angkat tangan lagi sejajar telinga/bahu sambil mengucapkan "Allahu Akbar."
    • Setelah takbir tambahan yang ketiga ini, turunkan tangan ke samping.

    Jadi, urutannya: Berdiri -> Basmalah -> Al-Fatihah -> Surah -> Takbir (angkat, turun) -> Diam -> Takbir (angkat, turun) -> Diam -> Takbir (angkat, turun) -> Kemudian langsung Takbir untuk Ruku'.

  5. Takbir Ruku': Setelah selesai Takbir tambahan ketiga dan menurunkan tangan, langsung ucapkan "Allahu Akbar" sambil membungkuk untuk ruku'. Perhatikan, takbir ruku' ini adalah takbir tersendiri setelah takbir tambahan.
  6. Ruku', I'tidal, Sujud: Lanjutkan gerakan ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk antara dua sujud, dan sujud kedua seperti pada rakaat pertama.
  7. Duduk Tasyahhud Akhir: Setelah bangkit dari sujud kedua di rakaat kedua, duduklah untuk tasyahhud akhir.
  8. Membaca Bacaan Tasyahhud: Baca seluruh bacaan tasyahhud dari "At-Tahiyyatu lillah..." hingga shalawat atas Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan keluarganya.
  9. Salam: Setelah selesai membaca tasyahhud, ucapkan salam ke kanan "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Warahmatullahi Wabarakatuh," lalu ke kiri "Assalamu'alaikum Warahmatullahi Warahmatullahi Wabarakatuh," mengakhiri sholat.

Baca Juga: Tata cara sholat idul adha sebagai makmum

Ringkasan Takbir Tambahan (Takbir Zawa'id) dalam Mazhab Hanafi:

  • Rakaat Pertama: 3 takbir tambahan setelah Sana', sebelum Al-Fatihah. Setelah takbir ke-3, langsung bersedekap.
  • Rakaat Kedua: 3 takbir tambahan setelah Surah, sebelum Ruku'. Setelah takbir ke-3, tangan diturunkan ke samping, lalu baru Takbir untuk Ruku'.

Setiap kali takbir tambahan, disunnahkan mengangkat tangan sejajar telinga/bahu, mengucapkan "Allahu Akbar," lalu menurunkan tangan ke samping dengan jeda sejenak, kecuali takbir tambahan terakhir di rakaat pertama yang dilanjutkan dengan bersedekap.

Baca Juga: Niat sholat Idul Adha dan tata cara sholatnya

Khutbah Setelah Sholat: Wajib dalam Mazhab Hanafi

Setelah selesai Sholat Idul Adha, imam akan berdiri untuk menyampaikan khutbah (ceramah). Dalam mazhab Hanafi, mendengarkan khutbah Idul Adha adalah wajib. Khutbah ini biasanya berisi nasihat, ajaran agama, dan seringkali mengingatkan tentang makna Idul Adha, kisah Nabi Ibrahim, dan pentingnya ibadah kurban. Imam memulai khutbah Idul Adha dengan mengumandangkan takbir. Duduklah dengan tenang, perhatikan, dan dengarkan khutbah dengan saksama. Hindari berbicara atau melakukan hal-hal yang sia-sia saat khutbah berlangsung.

Lihat Juga: Sholat Idul Adha Wajib atau Sunnah

Mengatasi Kebingungan dan Solusi untuk Pemula

Bagi Anda yang baru pertama kali mencoba mengikuti tata cara sholat idul adha mazhab hanafi, wajar jika merasa sedikit bingung, terutama dengan takbir-takbir tambahan. Jangan khawatir, ini beberapa tips dan solusi:

  • Perhatikan Imam: Jika Anda sholat berjamaah, perhatikan gerakan imam dengan seksama. Imam yang mengikuti mazhab Hanafi akan melakukan takbir tambahan sesuai urutan di atas. Ikuti gerakannya.
  • Latihan Ringan di Rumah: Jika memungkinkan, latihlah gerakan takbir tambahan ini di rumah sebelum hari H. Ulangi langkah 5 pada rakaat pertama dan langkah 4 pada rakaat kedua beberapa kali sampai Anda terbiasa dengan urutannya.
  • Fokus pada Inti Sholat: Ingatlah bahwa inti dari sholat adalah tuma'ninah (ketenangan), kekhusyukan, dan rukun-rukun sholat yang pokok (berdiri, ruku', sujud, duduk tasyahhud). Takbir tambahan adalah bagian penting, namun jangan sampai kebingungan pada takbir membuat Anda kehilangan kekhusyukan pada rukun-rukun lainnya.
  • Jika Terlambat Bergabung: Jika Anda datang terlambat dan imam sudah memulai sholat, segera bergabunglah. Jika Anda bergabung di rakaat pertama saat imam sedang melakukan takbir tambahan, langsung niat dan Takbiratul Ihram, lalu ikuti gerakan imam. Jika Anda bergabung saat imam sudah selesai takbir tambahan di rakaat pertama dan sedang membaca surah, langsung Takbiratul Ihram dan ikuti bacaan imam. Anda melakukan takbir tambahan untuk rakaat pertama nanti setelah imam salam dan Anda menyempurnakan rakaat yang tertinggal. Jika Anda bergabung di rakaat kedua, ikuti imam hingga salam, lalu berdiri untuk menyempurnakan rakaat pertama Anda, termasuk melakukan takbir tambahan di awal rakaat tersebut setelah membaca Sana'.
  • Jika Lupa Takbir Tambahan: Dalam mazhab Hanafi, takbir tambahan (takbir zawa'id) dalam Sholat Id termasuk dalam kategori Wajib (menengah antara rukun dan sunnah). Jika Anda lupa atau terlewat semua takbir tambahan di salah satu rakaat, maka Anda wajib melakukan Sujud Sahwi (dua sujud tambahan di akhir sholat sebelum salam atau setelah salam, tergantung rincian masalahnya). Namun, jika Anda hanya lupa salah satu dari tiga takbir tambahan di satu rakaat (misalnya hanya melakukan dua takbir bukan tiga), sebagian ulama Hanafi berpendapat tidak perlu Sujud Sahwi. Untuk kemudahan bagi pemula, fokuslah untuk melakukannya dengan benar. Jika terlanjur lupa dan tidak yakin, sholat Anda insya Allah tetap sah selama rukun-rukun pokoknya terpenuhi, meskipun kesempurnaannya berkurang. Untuk kasus yang lebih spesifik, sebaiknya tanyakan kepada ustadz atau ulama setempat.

Baca Juga: Tata Cara Khutbah Sholat Idul Adha

Hikmah di Balik Takbir Tambahan

Mengapa ada takbir tambahan dalam Sholat Id, dan mengapa tata cara sholat idul adha mazhab hanafi menempatkannya seperti itu? Takbir adalah seruan keagungan Allah. Mengucapkan "Allahu Akbar" berulang kali di hari raya adalah wujud pengagungan kita kepada-Nya atas segala nikmat dan rahmat-Nya, termasuk selesainya ibadah puasa (Idul Fitri) atau sempurnanya ibadah haji dan datangnya hari pengorbanan (Idul Adha).

Penempatan takbir tambahan sebelum Al-Fatihah di rakaat pertama dan setelah surah sebelum ruku' di rakaat kedua dalam mazhab Hanafi memiliki sandaran dari sebagian riwayat. Hikmahnya bisa jadi untuk memisahkan antara satu rukun bacaan (Sana') dengan rukun bacaan berikutnya (Al-Fatihah), atau antara rukun bacaan (Surah) dengan rukun gerakan (Ruku'). Ini juga bisa dilihat sebagai penekanan pada keistimewaan hari raya dengan memulai dan mengakhiri bagian bacaan utama dengan takbir pengagungan.

Poin-Poin Penting Tata Cara Sholat Idul Adha Mazhab Hanafi:

  • Hukumnya Sunnah Muakkadah.
  • Terdiri dari 2 rakaat.
  • Ada takbir tambahan (takbir zawa'id) sebanyak 3 kali di rakaat pertama setelah Sana' dan sebelum Al-Fatihah.
  • Ada takbir tambahan (takbir zawa'id) sebanyak 3 kali di rakaat kedua setelah Surah dan sebelum Ruku'.
  • Setiap takbir tambahan disertai mengangkat tangan dan menurunkannya ke samping (kecuali takbir tambahan ketiga di rakaat pertama yang langsung dilanjutkan dengan bersedekap, dan takbir tambahan ketiga di rakaat kedua yang dilanjutkan dengan takbir ruku').
  • Disunnahkan membaca Sana' di rakaat pertama.
  • Bacaan Al-Fatihah dan surah dibaca jahr (keras) oleh imam.
  • Khutbah dilaksanakan setelah sholat, dan mendengarkannya adalah Wajib dalam mazhab Hanafi.
  • Disunnahkan makan sebelum berangkat Sholat Idul Adha.

Penutup: Mudah dan Penuh Berkah

Saudaraku seiman, mempelajari tata cara sholat idul adha mazhab hanafi ini semoga semakin membuka wawasan kita tentang kekayaan Islam dan betapa mudahnya Allah memberikan jalan bagi kita untuk beribadah sesuai dengan kemampuan dan pemahaman yang beragam namun tetap dalam koridor syariat. Jangan jadikan perbedaan kecil dalam tata cara sebagai beban, tapi jadikan sebagai motivasi untuk terus belajar dan mendekatkan diri kepada Allah.

Sholat Idul Adha adalah momen kebersamaan, syiar agama, dan ungkapan syukur kita. Laksanakanlah dengan hati yang ikhlas, penuh kekhusyukan, dan insya Allah akan menjadi catatan amal kebaikan di sisi Allah. Semoga penjelasan mengenai tata cara sholat idul adha mazhab hanafi ini bermanfaat dan memudahkan Anda dalam melaksanakannya di Hari Raya nanti. Taqabbalallahu minna wa minkum. Semoga Allah menerima amal ibadah kita semua.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

LihatTutupKomentar